Posts

Showing posts from February, 2021

Sedikit Cerita

 Aku ga ngerti entah datang darimana datang keinginan untuk menuliskan cerita ku disini. Pun aku tahu tak ada yang pernah membuka blog ini. Tapi aku hanya berharap andai saja suatu saat ada orang yang mengalami dan merasakan hal yang sama dengan yang aku alami dan rasakan saat ini, dia harus tahu bahwa dia tidak sendiri. Aku lupa untuk menghitung sudah berapa lama aku memutuskan untuk menjauh dari banyak orang, untuk menutup duniaku untuk siapapun. Mungkin dalam dunia kerjaku tidak kelihatan sama sekali, sebisa mungkin aku profesional. Banyak orang menganggap aku baik-baik saja, aku tetap diah yang sama seperti dulu. Tidak! Sungguh andai aku bisa, aku ingin ke dokter jiwa. Sungguh! Kepergian ayah meninggalkan luka yang cukup dalam diriku, mengubah banyak hal dalam diriku terutama cara pandang ku akan dunia. Aku tahu dan sadar ini salah dan aneh. Tapi aku tidak bisa menolak. Jiwa ku ingin sendiri. Dulu aku punya mimpi begitu banyak. Dulu seakan aku ingin banyak orang bahagia sehingga ta

Sampah Sebuah Rasa

 Jika kelak kesenangan mencariku Ludahi Ia.. Duri telah penuh dalam bendungan Jangan tampung debu pula Lembaran mengabur  Sisipkan pilu tak bersuara Jika kelak kesedihan menyapaku Dekap Ia!

Air Mata tanpa Arah

 Di detik yang menggila Hilanglah cahaya Dalam tiada ria Sepi tak berwajah Pernahkan merasakannya? Gemuruh tanpa suara Melihatnya? Lautan tiada harapan Seorang diri memeluk waktu Untuk sebuah rasa tak bernama Perih tertawa Tangis berjingkrak Di penghujung lara Ia tak tahu harus melaju atau haruskah berbalik? Terlalu pahit gua ini Kutangiskan kesepian

Genggaman

 Satu hari yang biasa saja Tidak menoleh ke belakang Satu waktu saat itu juga Hujan turun Gadis berbaju coklat berlari kecil Apa itu rasa? Gadis berkepang dua menggenggam erat tali tas nya Bersiap! Terhenti. Kenapa harus memiliki kelemahan ini? Ia tersenggal namun tidak menoleh. Muda-mudi itu mengatakan getaran. Apa itu jatuh? Gadis berwajah kusam berjalan pelan, Pendakian ini melelahkan Segenggam tangan menyapanya. "Ayo berlari bersama" Tak melihat belakang, menatap sebaris bahu Hentakan kepala dan hatinya mantap. Saat itulah semuanya dimulai Ia terjatuh Ia gadis yang sama

Penerimaan

 Mereka mengataiku Tawa dan nista bersatu padu Mereka menatap Nadi menangis  Sungguhlah rupa penilaian sebuah harga diri Sungguhlah 'saat itu' ku benci Kulihat mereka yang tak melihat Bodohku! Kumenangis merasakan mereka yang lelah menangis  Bangkitlah diriku. Sungguhlah sungguh. Waktu ini ku mulai mencintaiku Bukan karena mereka Aku harus belajar