Posts

Membandingkan diri dengan orang lain

 03 Oktober 2023 #31DaysWritingChallange Jika ada pertanyaan seberapa sering aku membandingkan diri dengan orang lain, mungkin aku akan lumayan kesulitan untuk menjawab nya. Jujur saja membandingkan diri tentu aku pernah. Namun, sebenarnya aku adalah tipe manusia yang sangat merasa bahwa aku banyak kurang nya bukan karena aku membandingkan tapi karena pengalaman hidup mungkin. Dari kecil aku sering bergumam seperti ini "Apa dikeluarga mereka juga seperti ini ya?" "Apa ini wajar untuk sebuah keluarga?" "Aku takut dikatakan melebih-lebihkan kesusahan kami" "Kayaknya memang keluarga ku aneh" Kalimat-kalimat seperti itu yang mungkin saja membentuk ku menjadi pribadi yang rendah diri. Hingga untuk membandingkan diri saja aku ga pantas. Tentu saja, kalau aku ceritakan ini ke sekitar ku. Mereka akan menertawakanku. Sama seperti kalimat ketiga dalam gumaman ku. Aku memakai topeng yang sangat tebal. Aku dikenal ambisi disekolah untuk nilai dan lainnya. Ka

5 Kelebihan ku

 02 Oktober 2023 #31DaysWritingChallange           Apa saja kelebihan ku? Manusia seringkali lebih mudah menyebutkan apa yang kurang dari dalam hidupnya. Alasan nya cukup 1 sebenarnya, yakni kurangnya rasa bersyukur. Kita seringkali berkaca didepan cermin yang besar, namun pada saat melihat diri dalam cermin tersebut. Kita langsung melihat hal buruk yang ada pada kita. Mengapa saya sipit? Mengapa hidung saya tidak mancung? Mengapa saya gendut? Mengapa saya jerawatan? Mengapa, mengapa dan mengapa. Tapi, coba sesekali saat kita berkaca kalimat yang kita sebutkan seperti ini Kamu berutung masih bisa melihat Wah, suara musik itu masih terdengar jelas Puji Tuhan, aku bisa lewati hari ini juga Hahahahahahaha, menulis nya sepertinya mudah sekali tapi kadang mempraktekannya jauh lebih sulit. Namun, kali ini saya ingin mengapresiasi/mengafirmasi/mengutarakan 5 kelebihan saya yang saya syukuri. Bukan bermaksud menyombongkan diri tapi sebagai bahan refleksi diri. 1. Cepat tanggap. Saya termasuk o

Kapan Terakhir Kali Saya merasa hidup yang benar-benar hidup?

01 Oktober 2023  #31DaysWritingChallange      Sebelum Agustus 2020.  Bagi banyak orang masa-masa covid melanda Indonesia adalah momen yang sangat menyedihkan dan tidak ingin diingat sama sekali. Jujur, saya pun juga merasa sedih. Namun, pada saat yang bersamaan pada masa-masa itulah saya mengenal arti kekeluargaan bukan hanya dari ikatan darah saja. Saya bertemu dengan dunia yang sangat jauh dari dunia saya sebelumnya. Nun jauh di Papua sana, saya bertemu dengan mereka rekan-rekan kerja yang bukan lagi hanya sebatas itu. Berangkat kerja dari Pukul 04 Pagi bahkan pulang hingga jam 9 malam atau bahkan lebih. Kemudian, harus memakai baju 'Astronot' dengan lapisan masker dan face Shield. Dan juga tidak jarang pula mendapat bentakan dan makian dari pasien-pasien yang kami layani. Oh bukan hanya itu, kami juga sering kali berlomba makan siang. Dikarenakan harus bersiap setiap jam makan siang, akan ada pesawat yang landing yang akan menurunkan puluhan orang yang harus siap kami layani

Jika

Jika kau tak bisa pergi Jika kau terus berkeliaran dikepalaku, Maka, Mari! Mari mengingat semua tentangmu! Meski Sakit, Hanya sesuatu tak tergapai Lebih baik seperti itu Dibanding ku menyiksa diriku untuk melupakanmu. -2021D-

Hanya Luka Saja

Hahahahahaha... Tawa wanita itu mengelegar. Teman-teman nya memeluk dan mengenggam erat.   Salah satu genggaman merobek telapak tangan nya? Mengapa dapat? Dia masih tersenyum dan berbagi. Pun "orang itu" dan mereka masih sama.   Dia simpan robekan itu berharap hanya sekedar sayatan Rumah masih cerah seperti biasa. Orang dengan genggaman menyakitkan itu memeluknya lagi. Darah 'Dia' mulai bergetar Kali ini merangkul bahu.   Tak ada satupun makhluk rumah mengetahuinya Dia bebat lukanya sendiri. Rumah masih cerah seperti bisa, pun orang itu.   Musim mulai berpindah Luka itu menimbulkan bekas yang dalam Yang hanya Dia yang tahu. Dia menutup pintu Sesekali membuka untuk menyapa tapi tidak mengizinkan masuk   Kata penghuni kota Itu hal biasa Abaikan Dia menurut.  Diseluruh rumah tersebar garam dan cuka   Beberapa orang mengetuk pintu Dia tahu mereka bukan genggaman itu Tapi saat ini Dia sudah cukup takut Luka nya membesar, garam terlalu berserakan   Dia ingin pergi "Kam

Sendiri

 Sendiri itu sepi, Tapi tak memaksa ramai sangat hati memilih hening. Sendiri itu kata orang menyedihkan Tapi memerlukan topeng untuk tersenyum Sendiri itu tak ada tempat bercerita Namun tak merasa takut cerita bertambah cerita Sendiri itu tak hnngat, katanya Memang. Tapi tak juga berbagi selimut dengan serigala

Karang

Hai! Aku tahu dan sadar bahwa kemungkinan blog ini dapat dibaca oleh orang lain sangatlah nihil. Oleh karena itulah, aku memberanikan diri untuk menulis sedikit dari hidupku disini. Jika ada yang bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja?” “Tidak. Aku tidak baik-baik saja” Palsu jika kuberkata bahwa hidupku tak berwarna. Hidup sebagai seorang yang ceria, ramah, lawak, dan ber ‘suara besar’ tidak menjamin bahwa aku tak memiliki masalah. Aku pun manusia wahai para manusia. Mungkin, ya mungkin aku bodoh dalam menghadapi masalah-masalah ku. Bahkan semua kerumitan ini berlangsung hampir 2 tahun. Sungguh, aku Lelah. Aku tidak tahu harus berlari pada siapa! Tuhan? Ya. Aku tidak meragukan Nya sama sekali, aku berada pada titik aku sadar bahwa sudah terlalu banyak kesalahan ku, sudah tak pantas aku mengeluh, aku takut bila nanti mendekat aku hanya dating untuk mengeluh dan tak mensyukuri hidup. Bukan tak ku syukuri, namun aku tidak bisa membohongi diriku ini semua sakit adan

Iya

 Benarkah lelah ini menyenangkan? Sebuah perjalanan jauh Bantu kurangi tiap detikku Sungguhkah lelah ini indah? Halau ku dari rasa menakar hidup orang lain Tubuh melemah tak untuk ku tunjukkan  Biar tiap jarak mendewasakan langkahku Perlu waktu untuk berguna Sebelum lelah, pergi dan tak pernah melangkah lagi. 

Bodoh Berdosa

 Bersinar sebentar Redup dalam 1 waktu Bangkit namun akhirnya jatuh  Lalu merangkak Tenggelam Kebodohan yang kotor Otak dan hati penuh sampah Sadar tapi bahagia palsu Lalu menangis tahu salah Kebodohan yang kotor Penuh dengan dosa

Mahameru

 Sekian waktu percuma Semua rintik sia-sia  Terlalu terjal langkah ku mencapai Pun beban dipundakku lelah Meski kulepas Atau berbalik arah Kau seakan memanggilku Aku tlah berteriak Lelah, Sudah! Di pinggiran Ranukumbolo  Aku tetap tak bisa menginjak awanmu Setidaknya penat dan ribuan langkahku telah berpacu bersama tanahmu Saat ini ku ingin pulang, Mahameru Mungkin bukit lebih layak kudaki Aku ingin melihat dunia walau mimpiku bersamamu Terimakasih.

Mengeja Dewasa

 Jangan terlalu cepat mengucap titik Beban dan lelah tiap tiap insan tak setara Berhenti meninggikan sakit Meski Matahari yang mengajarimu Jika tak ada asa, Sia-sia sudahlah Coba ucap perlahan Ingatkah bayi? Balita? Lihat! Merangkak Jatuh, Tertatih Jatuh, Berjalan Mari!!!

Carut Marut

 Semua membekas bagai benang kusut. Aku tahu ada yang salah Aku tahu dimana pangkalnya Tapi bisakah aku mengatakan aku belum siap? Hidup terlalu besar Jurangnya terlalu dalam Aku tahu ini sesak  Tapi bisakah aku diam saja? Terlalu banyak melangkah ditahun hidupku Tanpa sadar semua semu adanya Tawa ku terlalu lawak Hingga sekarang kucintai kesendirianku. Percayalah aku takkan membesat benang Namun satu yang perlu diketahui Aku tidak ingin ada